BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perawatan
kehamilan adalah perawatan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin
secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan. Perawatan kehamilan dapat mendeteksi faktor risiko sejak
sebelum konsepsi terjadi sehingga semakin baik untuk memberikan penanganan
kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care salah satunya dipengaruhi
oleh dukungan suami misalnya mengantarkan ibu dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan, mempersiapkan penolong persalinan, memilih tempat dan tenaga
kesehatan dalam melakukan antenatal care, mengingatkan ibu untuk minum obat dan
mempersiapkan perlengkapan bayi dan ibu menjelang persalinan (Suririnah, 2008).
Berdasarkan
penelitian WHO di dunia tahun 2007 didapatkan cakupan antenatal care pada ibu hamil sebanyak (76,4%). Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006, angka cakupan antenatal care masih 72,3%. Cakupan antenatal care di Indonesia lebih rendah
daripada cakupan antenatal care di
negara maju (Sarwono, 2005:62). Di Jawa Timur,
cakupan antenatal care pada tahun 2008
sebesar 83,3% (Dinkes Infokom
Jatim, 2009:slide 1), sedangkan di beberapa Kecamatan Kabupaten Pasuruan cakupan K1
sebesar 36,8% dan antenatal care pada
tahun 2008 sebesar 21.862 ibu hamil (50%) dari 43.685 ibu hamil, sedangkan
cakupan antenatal care terendah yaitu
di Puskesmas Glanggang sebanyak 278 (44,9%) dari 618 ibu hamil yang ada,
sedangkan K1 pada bulan januari sampai Desember tahun 2008 sebesar 178 (34,2%)
(Azwar, 2005:69). Hasil penelitian Suvika tahun 2008 di Surabaya tentang pengaruh keikutsertaan
masyarakat khususnya suami dan orang tua dengan praktik ibu dalam pelayanan antenatal didapatkan bahwa variabel
peran suami mempunyai kemungkinan (42,5%) lebih erat dibandingkan dengan peran orang tua yang hanya 18,6% terhadap
praktik ibu dalam melakukan antenatal care. (Dinkes Jatim, 2009).
Data tahun 2009 di Puskesmas Glatik sasaran ibu
hamil sebanyak 546 orang target K1 dan K4 sebesar 80%, ibu hamil baru (K1
akses) 323 (59,1%) orang, sedang ibu hamil baru < 12 minggu (K1 murni) 223 (40,9%)
orang. Jumlah ibu primigravida yang ada 212 (38,8%), ibu multigravida 334
(61,2%). Dari 212 ibu primigravida yang periksa teratur 98 orang (46,2%), yang
periksa tidak teratur 114 orang (53,8%).
Sedangkan dari 334 ibu multigravida yang periksa teratur 142 orang
(42,5%) dan 192 orang (57,5%) periksa tidak teratur (LB3 Puskesmas Glatik, 2009)
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Ny. Susenowati
Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 19 – 20 Maret 2010 dengan
wawancara pada 10 ibu hamil didapatkan bahwa 6 (60 %) ibu mengatakan tidak
pernah diantar untuk melakukan antenatal
care, hal ini dikarenakan sebagian besar suami bekerja sebagai swasta atau
instansi terkait, tempat kerja yang jauh dari rumah, dan kurangnya pengetahuan
tentang antenatal care dan 4 (40%)
ibu mendapatkan dukungan dari suami dan termotivasi untuk melakukan antenatal care. Kurangnya dukungan suami dalam melakukan antenatal care disebabkan oleh suami sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu untuk
mengantarkan ibu, pengetahuan suami yang kurang tentang manfaat antenatal care. Kurangnya dukungan suami dapat menyebabkan ibu kurang teratur melakukan antenatal care. Selain itu, keteraturan ibu melakukan antenatal care dipengaruhi oleh pendidikan, umur, paritas, dukungan keluarga, pengetahuan
ibu hamil tentang pentingnya antenatal care, status ekonomi, jarak pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau, serta
alat transportasi. Dampak ibu hamil tidak teratur melakukan antenatal care antara lain kurang termonitor kondisi ibu dan janin, komplikasi kehamilan
karena kurang cepat dalam menjangkau pelayanan kesehatan apabila ada tanda
bahaya kehamilan, kurang mempersiapkan proses persalinan (Utami, 2008).
Pemeriksaan antenatal memegang peranan yang amat penting untuk dapat
mengenal faktor risiko secara dini sehingga dapat dihindari kematian atau penyakit yang
tidak perlu terjadi (Hamilton, 2001). Pemeriksaan kehamilan secara teratur bermanfaat
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat
permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Berdasarkan
fenomena diatas, maka peneliti ingin mengetahui “hubungan antara dukungan suami
dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto”.
1.2 Rumusan
Masalah
Apakah ada hubungan antara dukungan
suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto?.
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan
suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi
dukungan suami pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro
Kabupaten Mojokerto.
b.
Mengidentifikasi
keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan
Ngoro Kabupaten Mojokerto.
c.
Menganalisis hubungan
antara dukungan suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny.
Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Responden
Memberikan masukan
pentingnya dukungan suami pada ibu hamil sehingga ibu termotivasi melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi dini risiko tinggi
kehamilan.
1.4.2
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,
khususnya bagi ilmu kebidanan mengenai antenatal
care dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya.
1.4.3
Bagi peneliti
selanjutnya
Diharapkan penelitian ini memberikan acuan
bagi peneliti lain yang berhubungn dengan antenatal
care mutu pelayanan.
1.4.4
Bagi
Institusi Tenaga Kesesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan penyuluhan antenatal care kepada ibu hamil sehingga ibu bisa
melakukan antenatal care dengan teratur.
1.5 Batasan
Penelitian
Dengan waktu dan
dana penelitian yang terbatas maka peneliti hanya meneliti dukungan suami
dengan keteraturan antenatal care pada ibu hamil. sesuai kriteria inklusi
penelitian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BPS Ny. Susenowati
Amd. Keb Desa Glatik Kecamatan Ngoro
Kabupaten Mojokerto memiliki luas bangunan 400 m2 yang terdiri dari
1 ruang pemeriksaan, 1 ruang persalinan dan 1 ruang nifas. Pelayanan yang
diberikan di BPS Ny. Susenowati Amd. Keb meliputi ANC, INC, KB, Imunisasi,
Pengobatan sederhana. Rata-rata pendidikan SMA dan mayoritas pekerjaan Swasta /
Wira swasta di Desa Glati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
Faktor yang
mendukung pada saat penelitian antara lain semua ibu hamil bisa membaca
sehingga mengerti maksud kuesioner, semua ibu hamil datang ke tempat
penelitian, bidan desa menyediakan tempat penelitian dan mendukung serta
membantu pada saat penelitian.
2. Data Umum
a)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur
Tabel
4.1 : Distribusi Frekuensi Umur Suami BPS Ny. Susenowati Amd. Keb Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto
No.
|
Umur
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
< 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
|
3
22
10
|
8,6
62,9
28,6
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh suami berumur adalah 20 – 35 tahun
sebanyak 22 orang (62,9%).
b)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur istri
Tabel
4.2 : Distribusi Frekuensi Umur Ibu BPS Ny. Susenowati Amd. Keb Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto.
No.
|
Umur
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
< 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
|
20
11
4
|
57,1
31,4
11,4
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Distribusi
frekuensi menunjukkan bahwa lebih dari
separuh umur ibu < 20 tahun sebanyak 20 orang (57,1%).
c)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel
4.3 : Distribusi
Frekuensi Pekerjaan Suami BPS Ny.
Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan
Ngoro Kabupaten Mojokerto
No.
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
Buruh/Petani
Swasta/Wiraswasta
PNS
Tidak bekerja
|
8
21
6
0
|
22,9
60
17,1
0
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Penyajian data
diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh suami bekerja swasta dan wiraswasta
sebanyak 21 orang (60%).
d)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Istri
Tabel
4.4 : Distribusi
Frekuensi Pekerjaan Ibu BPS Ny.
Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan
Ngoro Kabupaten Mojokerto
No.
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
Buruh/Petani
Swasta/Wiraswasta
PNS
Tidak bekerja
|
8
5
5
17
|
22,9
14,3
14,3
48,6
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Pengolahan data menunjukkan
bahwa hampir setengahnya ibu tidak bekerja sebanyak 17 orang (48,6%).
e)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan
Tabel
4.5 : Distribusi
Frekuensi Pendidikan Suami BPS Ny.
Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan
Ngoro Kabupaten Mojokerto
No.
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
SD
SMP
SLTA
Akademi/PT
|
5
6
17
7
|
14,3
17,1
48,6
20
|
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Karekteristik
pendidikan suami menunjukkan bahwa hampir setengahnya suami mempunyai pendidikan SLTA
sebanyak 17
orang (48,6%).
f)
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan istri
Tabel
4.6 : Distribusi
Frekuensi Pendidikan Ibu BPS Ny.
Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan
Ngoro Kabupaten Mojokerto
No.
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
SD
SMP
SLTA
Akademi/PT
|
4
13
15
3
|
11,4
37,1
42,9
8,6
|
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Berdasarkan data
diatas menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu mempunyai pendidikan SLTA sebanyak
15 orang (42,9%).
g)
Karakteristik
Responden Berdasarkan jumlah Kehamilan Istri
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
Hamil Ibu BPS Ny. Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto
No
|
Gravida
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
1.
2.
3.
|
Primigravida
Multigravida
Grandemultigravida
|
24
8
3
|
68,6
22,9
8,6
|
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Hasil pengumpulan data
didapatkan bahwa sebagian besar ibu adalah primigravida sebanyak 24 orang (68,6%).
3. Data Khusus
a)
Karakteristik Dukungan Suami
Tabel 4.8 Distribusi karakteristik Dukungan Suami BPS Ny. Susenowati Amd.Keb Desa
Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
No
|
Dukungan suami
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
1.
2.
|
Mendukung
Tidak mendukung
|
21
14
|
60
40
|
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Karakteristik
dukungan suami didapatkan bahwa lebih dari separuh suami mendukung ibu sebanyak 21 orang (60%).
b)
Karakteristik Keteraturan ANC
Tabel 4.9 Distribusi Karakteristik Keteraturan ANC BPS Ny. Susenowati Amd.Keb Desa
Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
No
|
Keteraturan ANC
|
Frekuensi
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Teratur
Tidak teratur
|
20
15
|
57,1
42,9
|
|
Total
|
35
|
100
|
Sumber Data Skunder, 2010
Pengolahan data didapatkan bahwa lebih
dari separuh ibu teratur dalam
melaksanakan antenatal care sebanyak 20 orang (57,1%).
c)
Hubungan
Antara Dukungan Suami Dengan
Keteraturan ANC
Tabel 4.10 Tabulasi
Silang Hubungan Antara Dukungan Suami
Dengan Keteraturan ANC BPS Ny. Susenowati Amd.Keb Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto
Dukungan
|
Keteraturan ANC
|
|||||
Suami
|
Teratur
|
Tidak teratur
|
Total
|
|||
|
∑
|
%
|
∑
|
%
|
∑
|
%
|
Mendukung
|
16
|
45,7
|
5
|
14,3
|
21
|
60
|
Tidak mendukung
|
4
|
11,4
|
10
|
28,6
|
14
|
40
|
Total
|
20
|
57,1
|
15
|
42,9
|
35
|
100
|
Sumber : Data
Primer, 2010
Hasil tabulasi
silang didapatkan bahwa terdapat 16 (45,7%) responden yang suaminya mendukung
dan teratur dalam melakukan antenatal
care.
Hasil analisa menggunakan uji chi square dengan bantuan SPSS dengan ρ 0,05 didapatkan bahwa χ2 hitung > χ2 tabel
yaitu 5,955 > 3,841 maka H1 diterima atau H0 ditolak
yang artinya ada hubungan dukungan suami dengan keteraturan antenatal care pada ibu hamil adalah cukup.
4.2 Pembahasan
1.
Dukungan suami
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar suami mendukung ibu sebanyak 21 orang (60%). Dukungan suami dipengaruhi oleh sebagian besar umur
suami adalah 20 – 35 tahun sebanyak 22 orang (62,9%). Selain itu dukungan suami
dipengaruhi oleh pekerjaan suami, dimana sebagian besar suami bekerja swasta
dan wiraswasta sebanyak 21 orang (60%). Dukungan suami pada istri untuk
melakukan antenatal care dipengaruhi oleh pendidikan, hal ini dapat dilihat
dari hasil tabulasi bahwa hampir setengahnya suami mempunyai pendidikan SLTA sebanyak
17 orang (48,6%).
Dukungan sosial
suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi
dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi,
memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti
istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam
proses persalinan (Harymawan, 2007). Semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya dari
pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang
cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Sunaryo, 2004). Status
pekerjaan ibu yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang sehingga
dapat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan antenatal care (Notoatmodjo,
2003). Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan yang tertuju kepada kedewasaanya.
Jadi pendidikan tersebut menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupanya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapatkan informasi, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
pengetahuan seseorang akan bertambah (Azwar Saifudin, 2006).
Usia 20-35 tahun
merupakan usia reproduktif bagi seseorang, pada usia 20-35 suami memiliki kesiapan
mental untuk menjadi seorang ayah dan menanti kelahiran bayinya sehingga
sebagian besar suami mendukung istri dalam melaksanakan antenatal care. Usia reproduktif
menyebabkan responden matang dalam menerima informasi baru tentang perawatan
kehamilan dan mudah mencerna informasi sehingga suami dapat berpikir bahwa antenatal
care sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi. Suami yang bekerja sebagai swasta ataupun wiraswasta secara materiil mereka
mempunyai penghasilan yang berbeda dan memiliki jumlah jam kerja yang sama 6 –
8 jam dalam sehari, sehingga suami banyak mempunyai waktu luang bersama istri
untuk bertukar informasi seputar kehamilan dan mengantarkan ibu untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pendidikan seseorang yang lebih tinggi menyebabkan orang
tersebut lebih berpikir rasional dan paham dalam menerima informasi tentang antenatal care sehingga suami
sepenuhnya mendukung istri dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan antenatal care
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Oleh karena itu penting untuk
memberikan informasi kepada suami tentang pentingnya memberikan dukungan pada
istri dengan cara mengantarkan istri untuk melakukan antenatal care dan
menyimak informasi tentang persiapan kelahiran sehingga psikis ibu menjadi
lebih tenang.
2.
Keteraturan ANC
Tabel 4.9 didapatkan bahwa
sebagian besar ibu teratur dalam
melaksanakan antenatal care sebanyak 20 orang (57,1%). Keteraturan ibu dalam melakukan antenatal care juga dipengaruhi oleh sebagian
besar ibu tidak bekerja sebanyak 17 orang (48,6%). Hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian besar ibu hamil adalah primigravida sebanyak 24 orang (68,6%).
Keteraturan ibu
dalam melakukan antenatal care (ANC)
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan, informasi, kondisi
keluarga, ekonomi dan lingkungan (Neil Niven, 2005).
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang pernah dialami seseorang Middlebrook
(1974), yang di kutip oleh Drs.Saifudin Azwar, MA (2006) mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologi, cenderung
akan bersikap negatif terhadap obyek tersebut. Selain
itu faktor internal yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care adalah umur yang
produktif, maka tingkat kematangan seseorang akan lebih dipercaya dari pada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya, jika kematangan usia seseorang
cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Depkes RI, 2004).
Responden yang tidak
bekerja sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang sehingga dapat
mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan antenatal care. Ibu yang tidak bekerja cenderung mempunyai waktu
luang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebaliknya ibu yang sibuk hampir
tidak mepunyai waktu untuk memperhatikan kehamilannya sehingga ibu jarang
melakukan pemeriksaan kehamilan. Responden
yang hamil pertama kali lebih memperhatikan kehamilannya sehingga ibu akan
rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena anak pertama adalah anak
yang dinanti selama menikah sehingga saat diberi kesempatan untuk hamil maka
ibu akan menjaga dengan penuh hati-hati. Dari fakta
dapat menunjukkan umur responden sebagian besar umur ibu < 20 tahun sebanyak
20 orang (57,1%). Umur yang masih
muda atau < 20 tahun maka responden akan mempunyai sedikit kemampuan dalam
menyaring informasi yang baru didapat sehubungan dengan perawatan kehamilan (antenatal care). Walaupun umur ibu masih
muda, akan tetapi hampir setengahnya ibu mempunyai pendidikan SLTA sebanyak 15
orang (42,9%) sehingga mempengaruhi keteraturan ANC.
Tingginya
pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang
masuk apalagi informasi yang bersifat baru dikenal responden termasuk perihal antenatal care. Selain itu tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan
tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan
rendah atau tidak berpendidikan sama sekali. Informasi dapat diperoleh dari
bangku sekolah, dan lingkungan sekitar semakin banyak informasi yang diperoleh
ibu hamil tentang perawatan kehamilan (ANC) maka pengetahuan yang dimiliki akan
semakin meningkat sehingga ibu akan teratur dalam melakukan antenatal care.
3.
Hubungan Dukungan suami dengan keteraturan
ANC
Hasil tabulasi
silang didapatkan bahwa terdapat 16 (45,7%) responden yang suaminya mendukung
dan teratur dalam melakukan antenatal
care. Hasil
analisa menggunakan uji chi square dengan
bantuan SPSS dengan ρ 0,05 didapatkan bahwa χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 5,955 > 3,841
maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada hubungan dukungan
suami dengan keteraturan antenatal care
pada ibu hamil trimester III adalah cukup.
Keteraturan ibu
hamil untuk melakukan antenatal care (ANC)
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperk uat
terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seseorang tidak mau melakukan antenatal
care (ANC) ke petugas kesehatan disebabkan karena orang tersebut tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga khususnya suami sehingga ibu malas untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, sebaliknya suami yang siaga maka ibu akan lebih tenang
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Dari tabel 4.8
didapatkan suami yang mendukung isterinya dalam melakukan antenatal care
adalah (60%) hal ini dikarenakan pengetahuan suami yang diperoleh melalui
informasi tentang antenatal care
yang didapatnya adalah baik. Dari hasil penelitian juga menunjukkan
ada 14 (40%) suami yang tidak mendukung ibu dalam melakukan pemeriksaan ANC Hal
ini dikarenakan suami faktor ekonomi dan kurangnya pengetahuan suami sehingga
tidak begitu memperhatikan istri dalam memberikan dukungan antenatal care.
Semakin tinggi status
pekerjaan seseorang maka pengetahuan yang dimiliki semakin baik (Ramdani,
2009). Suami selalu berharap akan
keselamatan ibu dan bayinya saat kelahiran nanti, pengetahuan suami yang baik
akan selalu mendukung istrinya dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
terima ksih blog anda sangat membantu,, :-)
BalasHapus