BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
|
Kontrasepsi
hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara
diminum (pil), disuntikkan (alat kontrasepsi suntik) ataupun dimasukkan ke
dalam tubuh berupa susuk (implan) dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesteron ataupun gabungan keduanya (Harnas, 2010). Akan tetapi bagi ibu
menyusui, penggunaan kontrasepsi hormonal sangat berpengaruh terhadap
kelancaran keluarnya ASI. Suami sebagai kepala keluarga menjadi faktor penting
dalam pemilihan kontrasepsi yang digunakan ibu menyusui. Pengetahuan suami yang
kurang tentang kontrasepsi menyebabkan anjuran yang diberikan kurang tepat
selama menyusui dan ini bisa menghambat kelancaran keluarnya ASI. Kurangnya
pengetahuan suami tentang kontrasepsi menyebabkan munculnya resiko seperti bisa
menghambat keluarnya ASI.
Menurut WHO, tahun 2009 hampir
380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya
terutama di negara berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil,
suntik dan implant. Akan tetapi 5% dari jumlah tersebut penggunanya adalah ibu
menyusui dengan pemilihan kontrasepsi kombinasi atau kontrasepsi dengan hormon
esterogen saja (Hevitia, 2009). Sebagian besar
kesalahan pemilihan dikarenakan anjuran yang tidak tepat dari suami dalam
memilih alat kontrasepsi. Data akseptor alat kontrasepsi kombinasi di Daerah
Tingkat I Jawa Timur tahun 2009 sebesar 75,82% dari keseluruhan pasangan usia
subur, dengan perincian yang dipakai adalah suntikan (66%), pil (19%), dan
implant atau susuk alat kontrasepsi (15%) (Pikas,2009) Akan tetapi 8%
diantaranya adalah ibu menyusui yang salah memilih jenis kontrasepsi karena
anjuran salah dari suami. Di Mojokerto, data cakupan akseptor alat kontrasepsi
hormonal tahun 2009 sebesar 15.345 akseptor (72,02%) dengan 10% diantaranya
adalah ibu menyusui dengan menggunakan kontrasepsi kombinasi.kejadian ini karena
anjuran suami yang tidak mengetahui tentang kontrasepsi selama menyusui (Pikas,
2009). Studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 05 April 2010 di BPS Ny. ”L”
Dlanggu Mojokerto. Semuanya memakai kontrasepsi hormonal jenis suntik. Didapatkan
data dari 10 ibu menyusui yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal ditemukan 2
ibu menyusui (20%) yang menggunakan kontrasepsi kombinasi mempunyai suami
dengan pengetahuan kurang tentang penggunaan kontrasepsi hormonal untuk ibu
menyusui. Sedangkan 8 ibu (80%) yang menggunakan kontrasepsi dengan kandungan
progesteron mempunyai suami dengan pengetahun kurang tentang penggunaan
kontrasepsi hormonal untuk ibu menyusui.
Menurut Depkes (2010) metode
kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi
telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi
untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Ada beberapa metode dalam
kelompok alat kontrasepsi ini yakni
berupa
pil, suntikan dan susuk. Ketiganya efektif mengandung
hormon dengan komposisi yang kurang lebih sama (Permata hati, 2009). Menurut
Depkes (2010) kontrasepsi oral
kombinasi (pil) mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang
mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel
telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal
lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan
endometrium. Pil
kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung
estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita
yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy). Selain untuk
kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri
saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan
untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi
yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan
zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu
sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan
tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air
susu. Kurangnya pengetahuan ibu menyusui tentang efek samping alat kontrasepsi
hormonal menyebabkan mereka tidak ada persiapan untuk menanggulangi efek
samping yang muncul seperti terhambatnya kelancaran keluarnya ASI pada ibu
menyusui. Hal ini akan menyebabkan munculnya rasa cemas
pada diri ibu menyusui, panik dan beresiko melakukan hal – hal yang tidak
diinginkan seperti putus asa, menyesal dan akhirnya bisa menyebabkan ibu
menyusui DO diikutsertaan KB.
Bidan sebagai tenaga
kesehatan, yang harus dilakukan adalah upaya penyadaran pada suami yang
mempunyai ibu menyusui melalui pemberian informasi akan pentingnya pemilihan jenis kontrasepsi yang aman untuk digunakan.
Langkah antisipatif ketika muncul efek samping alat kontrasepsi hormonal, adalah
harus secepatnya menghubungi tenaga kesehatan, atau bidan yang bertugas. Karena
itu, tiap suami dengan istri yang sedang menyusui perlu mengetahui dan
mengenali resiko penggunaan kontrasepsi hormonal dalam hubungannya dengan
kelancaran pemberian ASI. Selain itu pemberian informasi pada suami dan ibu
menyusui tentang pemakaian kontrasepsi hormonal yang aman bisa dilakukan sedini
mungkin dengan cara penyuluhan melalui posyandu. Di BPS Ny. ”L” Dlanggu
Mojokerto menunjukkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang salah dalam memilih
kontrasepsi. Sebagian besar dari mereka memilih kontrasepsi yang mengandung
hormon esterogen dan progesteron, atau esterogen saja, sehingga keluarnya ASI
terhambat. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan suami dalam memberikan saran pemilihan alat kontrasepsi pada ibu
menyusui sehingga menghambat kelancaran pemberian ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengetahuan suami
tentang alat kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi pada ibu menyusui di BPS
Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan
pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi pada
ibu menyusui di BPS Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan
suami tentang alat kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi pada ibu menyusui
di BPS Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi
pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi di BPS Ny. “L” Desa Jrambe
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
2.
Mengidentifikasi
pemilihan kontrasepsi pada ibu menyusui di BPS Ny. “L” Desa Jrambe
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto
3.
Menganalisis
hubungan pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi dengan pemilihan
kontrasepsi pada ibu menyusui di BPS Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Dapat
memberikan informasi kepada suami tentang pentingnya ketepatan pemilihan alat
kontrasepsi yang dilakukan ibu agar tidak menghambat pemberian ASI.
1.4.2 Bagi Peneliti
Sebagai bahan
referensi untuk menambah pengetahuan dan pengalaman terutama berkaitan dengan pentingnya
pengetahuan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat pada ibu menyusui.
1.4.3 Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai
acuan dalam memberikan konseling pada ibu menyusui tentangpemilihan alat
kontrasepsi yang tepat selama menyusui.
1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah
referensi dan literatur dalam penelitian serupa terutama dalam pengembangan
penelitian tentang pentingnya pengetahuan suami tentang pemilihan alat
kontrasepsi pada ibu menyusui.
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian
ini dibatasi hanya pada hubungan pengetahuan suami tentang alat
kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi pada ibu menyusui di BPS Ny. “L” Desa
Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto. Sedangkan faktor – faktor yang lain seperti sikap atau perilaku
suami tentang kontrasepsi hormonal.
|
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran
Umum Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPS Ny. “L” Desa
Jrambe Kecamatan Dlanggu kabupaten Mojokerto di wilayah selatan Kota Mojokerto.
Jumlah ibu hamil yang memeriksakan
diri perbulan rata – rata : 134 orang, jumlah ibu menyusui yang memeriksakan
diri perbulan rata – rata 20 orang. di BPS Ny. “L”
Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu kabupaten Mojokerto terdapat 1 asisten
bidan. Apabila terdapat pasien yang tidak mampu ditangani maka dirujuk ke RSU
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto atau ke RS Sumberglagah Pacet Mojokerto.
Pasien yang dirujuk adalah pasien yang mengalami patologi. Untuk Suami hamil
yang memerlukan USG dirujuk ke Puskesmas atau RS terdekat.
Fasilitas yang ada di BPS ini antara lain : 1 kamar
periksa, 1 kamar bersalin, 2 kamar rawat gabung, 1 kamar mandi untuk pasien dan
juga dan memiliki alat partus set dan KB. Pelayanan BPS Ny.”L” setiap hari
mulai pukul 16.00 sampai pukul 21.00. BPS ini juga melayani KIA dan KB. Bila pasien
inpartu pelayanan bisa sampai 24 jam.
4.1.2 Data Umum
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Umur Responden di BPS Ny. “L” Desa Jrambe
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Golongan Umur
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
< 20 tahun
20 -25 tahun
> 35 tahun
|
13
51
0
|
20.3
79.7
0
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.1 sebagian
besar responden berumur 21-25 tahun yaitu sebanyak 51 responden (79.7%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Responden di BPS Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
SD
SMP
SMA
Akademi / Perguruan tinggi
|
0
8
54
2
|
0
12.5
84.4
3.1
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 54 responden (84.4%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pekerjaan Responden di BPS Ny. “L” Desa
Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Bekerja
Tidak bekerja
|
31
33
|
48.4
51.6
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 33 responden (51.6%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Jumlah Anak Responden di BPS Ny. “L” Desa
Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Jumlah Anak
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
1 anak
> 1 anak
|
19
45
|
29.7
70.3
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden mempunyai lebih dari 1 anak yaitu sebanyak 45 responden
(70.3%).
4.1.3 Data Khusus
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Suami Tentang Pemilihan Kontrasepsi Hormonal BPS Ny. “L” Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto
Bulan September 2010
No
|
Pengetahuan
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
Kurang
Cukup
Baik
|
15
11
38
|
23.4
17.2
59.4
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.5 sebagian besar responden
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38 responden (59.4%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pemilihan
Kontrasepsi Hormonal Yang Dilakukan Responden BPS Ny.
“L” Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Pemilihan Kontrasepsi Hormonal
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Tidak tepat
Tepat
|
20
44
|
31.3
68.8
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.6 diatas didapatkan data sebagian
besar responden tepat dalam memilih kontrasepsi yaitu sebanyak 44 responden (68.8%).
Tabel 4.7 Tabulasi Silang
Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Hormonal Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Hormonal Pada Ibu Menyusui BPS Ny. “L”
Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Bulan September 2010
No
|
Pemilihan
Kontrasepsi
|
Tidak tepat
|
tepat
|
Total
|
|||
Pengetahuan
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|
1
|
kurang
|
15
|
23.4
|
0
|
0
|
15
|
23.4
|
2
|
Cukup
|
5
|
7.8
|
6
|
9.4
|
11
|
17.2
|
3
|
Baik
|
0
|
0
|
38
|
59.4
|
38
|
59.4
|
Jumlah
|
20
|
31.3
|
44
|
44
|
64
|
100
|
Hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa paling
besar adalah responden berpengetahuan baik dan tepat dalam memilih kontrasepsi
hormonal, yaitu sebanyak 38 responden (59.4%)
Hasil uji analisis dengan menggunakan bantuan software
SPSS ditemukan nilai probabilitas sebesar 0.000, karena 0.000< α (0.05) maka
hipotesis diterima yang menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan suami tentang
kontrasepsi hormonal dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal pada ibu
menyusui dengan tingkat signifikansi 0,000.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Suami Tentang Pemilihan
Kontrasepsi Hormonal
Berdasarkan
tabel 4.5 sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38
responden (59.4%).
Hasil analisis ini didukung oleh umur responden. Berdasarkan
tabel 4.1 sebagian besar responden berumur 21-25 tahun yaitu sebanyak 51
responden (79.7%).
Singgih mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Bertambahnya
pengalaman menyebabkan bertambahnya kedewasaan seseorang. Hal ini membuat
seseorang semakin patuh dalam memegang suatu prinsip ataupun melaksanakan suatu
anjuran, sebatas anjuran tersebut dinilai bermanfaat untuk diri mereka (Irfan, 2010).
Dengan demikian responden yang berusia lebih dewasa
akan lebih banyak memperoleh pengetahuan, daripada yang berumur lebih muda.
Namun sebaliknya responden yang berumur lebih muda masih terbatas dalam
berpikir saja tanpa mempunyai berpengaruh pada setiap keputusan dan
tindakannya. Dengan demikian semakin tua umur responden maka pengetahuan
tentang semua penjelasan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi hormonal
selama menyusui akan semakin bertambah pula. Keadaan ini disebabkan karena
waktu untuk mendapatkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal akan semakin
lama pula.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan
responden. Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar responden berpendidikan SMA
yaitu sebanyak 54 responden (84.4%).
Nursalam (2001) menjelaskan bahwa bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan tersebut membentuk paradigma
pemikiran tersendiri dan menjadikan interaksi seseorang selalu didasari oleh
paradigma pemikiran yang terbentuk. Kepatuhan seseorang untuk menjalankan suatu
kebiasaan disebabkan karena hal ini.
Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah dalam
menyerap informasi, sehingga proses penyerapan pengetahuan tentang tentang kontrasepsi
hormonal dalam hubungannya dengan kelancaran pemberian ASI semakin cepat. Hal
ini yang menyebabkan responden dengan pendidikan tinggi akan mempunyai
pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal lebih baik pula.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pekerjaan
responden. Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak bekerja yaitu sebanyak 33 responden (51.6%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003)
bahwa masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh
informasi sehingga ilmu pengetahuan yang mereka miliki menjadi berkurang.
Menurut Zuhri (2010) kurangnya pengetahuan menyebabkan kesadaran akan
pentingnya beberapa kebiasaan menjadi berkurang. Seseorang akan cenderung
meremehkan suatu kebiasaan katika pengetahuan tentang kebiasan tersebut tidak
begitu dipahami.
Responden yang tidak bekerja akan lebih banyak
menerima pengetahuan dan informasi daripada responden yang bekerja. Keluangan
waktu yang dimilikinya membuat responden bisa lebih leluasa mengikuti
penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan punya waktu lebih
banyak dalam mengakses informasi tentang kontrasepsi hormonal. Berbeda dengan
responden yang bekerja, mereka akan lebih sedikit mempunyai waktu luang untuk
mengakses pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kontrasepsi hormonal.
Tentunya responden dengan status bekerja akan selalu disibukkan dengan
pekerjaannya masing – masing daripada disibukkan dengan hal – hal yang tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan yang digeluti.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh jumlah anak
responden. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai lebih dari 1 anak yaitu sebanyak 45 responden (70.3%).
Menurut Notoatmodjo (2002) bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan dan pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sehingga semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki seseorang informasi yang didapatkan akan semakin baik. Pengalaman merupakan
guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu (Yanti, 2009).
Dengan demikian responden yang mempunyai anak lebih
dari 1 mempunyai pengalaman lebih banyak tentang kontrasepsi hormonal daripada
yang masih mempunyai 1 anak. Hal ini dikarenakan kesempatan untuk mencoba dan
mendapat pengalaman berkenaan dengan kontrasepsi hormonal lebih banyak
dibanding dengan responden yang mempunyai 1 anak.
4.2.2 Pemilihan Kontrasepsi Hormonal
Berdasarkan
tabel 4.6 diatas didapatkan data sebagian besar responden tepat dalam memilih
kontrasepsi yaitu sebanyak 44 responden (68.8%).
KB hormonal
adalah cara pencegahan terjadinya kehamilan dengan menggunakan obat yang berkhasiat
hormonal, yang mempengaruhi poros hipothalamus - hipofisis - ovarium - dan/atau
endometrium (pengaruh pada poros, pada organ, atau pada kesuburan) (Obgin, 2009).
Hasil analisis yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden tepat
dalam memilih kontrasipsi berarti rata – rata responden telah melakukan
pemilihan kontrasepsi dengan tepat. Pemilihan kontrasepsi yang tepat adalah
pemilihan kontrasepsi yang tidak mengganggu kelancaran keluarnya air susu ibu
(ASI).
4.2.3 Hubungan
Pengetahuan Suami Menyusui Dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Selama
Menyusui
Hasil uji
analisis dengan menggunakan bantuan software SPSS menunjukkan bahwa terdapat
hubungan pengetahuan suami tentang kontrasepsi hormonal dengan pemilihan
kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui dengan tingkat signifikansi 0,000. Dari
nilai tersebut dapat di artikan bahwa H1 diterima dan Ho ditolak
yang berarti hubungan pengetahuan suami tentang kontrasepsi hormonal dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui
Menurut Depkes (2010) kontrasepsi oral kombinasi (pil) mengandung sintetik estrogen dan preparat
progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi
(pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,
mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan
lapisan endometrium. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita
menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum
oleh Ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta
protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa
sampai ke bayi. Karena itu untuk Ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang
hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Dengan
demikian sebagai kepala keluarga suami berperan penting dalam pemilihan
kontrasepsi yang yang dilakukan ibu menyusui. Pengetahuan suami yang kurang
tentang kontrasepsi menyebabkan anjuran yang diberikan kurang tepat selama
menyusui dan ini bisa menghambat kelancaran keluarnya ASI. Kurangnya
pengetahuan suami tentang kontrasepsi menyebabkan munculnya resiko seperti bisa
terhambatnya kelancaran ASI. Adanya hubungan antara pengetahuan suami dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui menunjukkan bahwa sebagian
besar suami sudah mengetahui tentang konrasepsi hormonal yang tepat agar tidak
mengganggu kelancaran pemberian ASI.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Identifikasi
pengetahuan suami tentang kontrasepsi hormonal menunjukkan sebagian besar
responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38 responden (59.4%).
- Identifikasi
pemilihan kontrasepsi hormonal selama menyusui menunjukkan bahwa sebagian
besar responden tepat dalam memilih kontrasepsi yaitu sebanyak 44
responden (68.8%).
- Hasil
analisis menunjukkan terjadi hubungan antara pengetahuan suami dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal selama menyusui sebesar 0.000
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini digunakan
sebagai bahan untuk meningkatkan
kualitas asuhan kebidanan terutama mengenai pentingnya peningkatan pengetahuan suami
berkenaan dengan pemilihan kontrasepsi
hormonal yang dilakukan ibu selama menyusui.
5.2.2 Bagi Responden
Supaya hasil penelitian ini dipakai sebagai tambahan pengetahuan bagi suami tentang penggunaan kontrasepsi hormonal selama menyusui.
5.2.3 Bagi Ilmu Kebidanan
Supaya hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan referensi untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang pemilihan
kontrasepsi hormonal selama menyusui.
.5.2.4 Bagi Peneliti selanjutnya
Supaya hasil penelitian ini bisa dijadikan
acuan untuk mengembangkan penelitian serupa tentang hubungan pengetahuan suami dengan
pemilihan kontrasepsi hormonal yang dilakuakn ibu.
0 komentar:
Posting Komentar