ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA TARAK
(PANTANG) TERHADAP MAKANAN PADA IBU POST
PARTUM DENGAN PROSES
PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN PERINEUM DI BPS NY. PURWANTO MOJOKERTO
NURWAHYUNI
Di
Indonesia banyak pantang makanan yang dikenakan pada ibu nifas. Kepercayaan
pantangan tersebut merugikan kondisi gizi ibu dan memperlambat proses penyembuhan
luka jahitan perineum, sebaiknya lebih digalakkan seperti lebih banyak makan sayuran,
ikan dan makanan yang banyak mengandung protein, Karena dalam proses penyembuhan
luka sangat membutuhkan protein. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara tarak (pantang)
terhadap makanan pada ibu post partum
dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum.
Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan desain penelitian cross sectioanal menggunakan instrumen
penelitian berupa wawancara terstruktur dan observasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu post partum di BPS Ny. Purwanto Mojokerto dan
cara pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Teknik
pengolahan data menggunakan tabel distribusi frekuensi dan untuk uji hubungan tarak
(pantang) terhadap makanan pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka
jahitan perineum menggunakan uji chi square pada a = 0,05.
Dalam penelitian ini
didapatkan sebagian besar responden tarak (pantang) terhadap makanan
yaitu sebanyak 20 responden (64,5%) dan sebagian besar proses penyembuhan luka
jelek yaitu sebanyak 13 responden (41,94%).
Dari
hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara tarak
(pantang) terhadap makanan pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka
jahitan perineum di BPS Ny. Purwanto Mojokerto dengan nilai x² hitung
(4,15) > x² tabel (3,84) sehingga
H1 diterima. Tarak (pantang) terhadap makanan mempengaruhi proses penyembuhan luka
jahitan perineum. Disarankan bagi petugas memberikan bimbingan dan motifasi
pada ibu post partum untuk tidak tarak (pantang) terhadap makanan guna
proses penyembuhan luka jahitan perineum baik.
Kata
kunci : tarak (pantang) terhadap makanan, proses penyembuhan luka
jahitan perineum.
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN ABSTINENCE TO FOOD IN POST PARTUM WITH WOUND HEALING PROCESS IN BPS Mrs. PURWANTO
MOJOKERTO
NURWAHYUNI
In Indonesia,many food that are imposed abstinence in puerperal women. Trust these restrictions harm the nutritional condition of mothers and slow the process of wound healing stiches perineum, more should be encouraged such as eating more vegetables, fish and foods that countain lots of protein, because in the process of wound healing in desperate need of protein. The purpose of the research to know the relationship between abstinence to food at post partum with suture perineal wound healing process.
The study was an analytic cross
sectional research desidn using research instruments in the form of structured
interviews and observation. The population in this study were all post partum
in BPS Mrs.Purwanto Mojokerto and how sampling using total sampling. Techniques
processing data using frequency distribution tables and to test the
relationship abstinence (abstinence) to food at post partum with = 0,05 α sture
perineal wound healing process using chi-square test at α = 0,05.
In this study, most respondensts abstinence to food that is as much
as 20 respondents (64,5%) and most ugly wound healing process as many as 13
respondents (41,94%).
From the research it is concluded that there is relationship between
abstinence to food at post partum with suture perineal wound healing process in
BPS Mrs. Purwanto Mojokerto to calculate the value of x2 (4,15) >
x2 table (3,84)so that H1 is accepted. Abstinence to food affect
suture perineal wound healing proceaa. Suggested for officers to provide
guidance and motivation in post partum to no incontinence to food in food in
order to suture perineal wound healing process better.
Key words: abstinence to
food, suture wound healing process of the perineum.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masa post partum atau nifas
adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Saiffudin, 2002). Diet yang diberikan
harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan,
serta banyak buah-buahan karena wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi, dan
terlebih bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi. Laserasi
jalan lahir atau luka episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum
yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum retrovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2005:171). Tarak (Pantang) terhadap makanan tidak
boleh dilakukan oleh ibu post partum
karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum
sedangkan dalam proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka ibu post
partum di anjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan
kuantitasnya (Iskandar, 2010).
Namun
pada kenyataannya, masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan hal
tersebut. Masyarakat masih mempercayai adanya pantang makanan, mereka menerima
dan menolak jenis makanan tertentu. Di Inggris dan Kanada dari jumlah penduduk
227,65 juta jiwa tahun 2008 dengan luas wilayah 9.970.610 km persegi ditemukan
5-15% angka kejadian ibu post partum
dengan luka jahitan perineum tarak
(Pantang) terhadap makanan (Hapsari, 2010). Di Indonesia tahun 2006 angka
kejadian tarak (Pantang) terhadap
Makanan 35 – 45% (Suprabowo, 2006). Di Jawa timur tahun 2000 angka kejadian ibu
nifas 39,6% yang tarak (Pantang) terhadap makanan (Depkes RI, 2008). Berdasarkan
penelitian Titik Wahyuni tahun 2009 di Desa Latukan Kecamatan Karang geneng
Kabupaten Lamongan pada Bulan Maret sampai dengan April 2009, terdapat 29
(80,55%) ibu nifas yang tarak (Pantang)
terhadap makanan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 29 Maret
2010 di BPS Ny. Purwanto Desa Kedung Maling Kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto,
pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010 terdapat 33 ibu nifas. Dari ibu
nifas tersebut, sebanyak 22 (66,66%) yang tarak
(Pantang) terhadap makanan. Data ini menunjukkan bahwa pantang makanan
masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang
kebutuhan gizi pada masa nifas kurang
sesuai dengan aturan pemenuhan gizi yang baik dan seimbang.
Fenomena ini disebabkan karena
kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-hari. Adat dan tradisi
merupakan dasar perilaku tersebut. Hal inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan
masyarakat pedesaan dalam memilih dan menyajikan makanan (Marin, 2009). Selain itu, fenomena tersebut juga
disebabkan karena adanya kepercayaan terhadap larangan-larangan orang tua zaman
dahulu. Orang tua zaman dahulu mengatakan bahwa ibu dalam masa nifas dilarang
memakan ikan karena makanan tersebut
hanya akan menyebabkan darah nifas berbau busuk, tidak cepat kering dan
melemahkan daya tahan tubuh baik fisik maupun mental serta menyebabkan gatal
pada kulit. Selain itu, ibu nifas dilarang makan sayur karena makanan tersebut
dianggap dapat mengakibatkan lemah sendi (Alex,
2008). Padahal kepercayaan itu salah besar dalam proses penyembuhan luka
jahitan perineum memerlukan nutrisi terutama protein untuk membantu proses
penggantian jeringan yang mati atau rusak dengan jeringan yang baru dengan jalan
regenerasi (Mawardi, 2002).
Ibu post partum
perlu diberikan konseling atau penyuluhan tentang masa nifas dan pantang
terhadap makanan serta pengaruhnya terhadap Penyembuhan luka perinium maupun
yang lainnya sehingga diharapkan pengetahuan ibu dapat ditingkatkan terutama
oleh petugas kesehatan dalam memberikan motivasi yang positif terhadap ibu.
Dengan meningkatnya pengetahuan ibu, diharapkan tarak (pantang) terhadap makanan tidak lagi dilakukan oleh ibu post
partum. Karena dengan tarak (Pantang)
terhadap makanan ibu post partum tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga
berdampak pada proses penyembuhan luka jahitan perinium yang lebih lama dan
dapat menimbulkan infeksi (Marin, 2009).
Berdasarkan
uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
antara tarak (pantang) terhadap makanan pada ibu post
partum dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum.
1.2.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tarak (pantang) terhadap makanan pada
ibu post partum dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum di BPS Ny.
Purwanto Mojokerto?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tarak (pantang) terhadap makanan
pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum di
BPS Ny. Purwanto Mojokerto.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tarak (pantang) terhadap makanan pada ibu post partum di BPS Ny. Purwanto Mojokerto.
2. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka
jahitan perineum pada ibu post partum di BPS Ny. Purwanto Mojokerto.
3. Menganalisis hubungan antara tarak (pantang) terhadap makanan pada
ibu post partum dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum di BPS Ny.
Purwanto Mojokerto.
1.4.
Manfaat Penetlitian
1.4.1.
Bagi responden
Menngetahui bahwa tarak (Pantang) terhadap makanan dapat
memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum.
1.4.2.
Bagi Peneliti
Dapat mengetahui bahwa tarak (Pantang) terhadap makanan tidak
diperbolehkan pada ibu post parrtum dengan luka jahitan perineum karena dapat
memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum.
1.4.3.
Bagi Profesi Kebidanan
Mengetahui
bahwa tarak (Pantang) terhadap
makanan dapat memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu
post partum, Bidan harus dapat memberikan penyuluhan kepada ibu – ibu post
partum untuk tidak tarak (Pantang)
terhadap makanan.
1.4.4
Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai
dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya tentang Hubungan antara tarak (pantang) terhadap makanan pada
ibu post partum dengan proses penyembuhan luka jahitan perineum.
1.5.
Batasan penelitian
Penelitian ini hanya meneliti hubungan antara tarak (pantang) terhadap makanan pada
ibu post partum dengan proses penyembuhan luka perineum. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi tarak (pantang)
terhadap makanan dan proses penyembuhan luka jahitan perineum selain makanan
atau tarak (pantang) terhadap makanan
tidak diteliti.
|
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian
tentang ”Hubungan Antara Tarak ( Pantang) terhadap Makanan Pada Ibu Post
Partum Dengan Proses penyembuhan Luka Jahitan Perineum” ini dilakukan di BPS
Ny. Purwanto Mojokerto.
Dilihat
dari letak geografisnya, BPS Ny. Purwanto berbatasan dengan wilayah - wilayah
sebagai berikut : Sebelah utara
berbatasan dengan desa Sambiroto, sebelah selatan berbatasan dengan desa
Gemekan, sebelah barat berbatasan dengan desa Klinterejo dan sebelah timur
berbatasan dengan desa santren.
4.1.2 Data Umum
Data
umum adalah data yang terdapat dalam chek list yang tidak dilakukan uji
statistik dan merupakan gambaran umum dari responden penelitian.
4.1.2.1 Umur
Umur
responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
No
|
Umur
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
3.
|
≤ 20 tahun
20 – 35 tahun
≥ 35 tahun
|
4
25
2
|
12,9 %
80,6 %
6,5 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber : data primer, 2010
Dari
Tabel 4.1 distribusi umur tersebut dapat diketahui bahwa dari 31 responden,
yang berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (80,6%)
4.1.2.2 Pendidikan
Pendidikan
responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat pendidikan
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
|
SD
SMP
SMA/SMK
PT
|
7
12
10
2
|
22,6 %
38,7 %
32,2 %
6,5 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber : data primer, 2010
Dari
Tabel 4.2 distribusi pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa dari 31
responden, pendidikan terbanyak adalah SMP sebanyak 12 (38,7%) responden.
4.1.2.3 Pekerjaan
Pekerjaan responden dalam penelitian ini
dapat dilihat dalam Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pekerjaan
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Buruh/Tani
Ibu Rumah Tangga
|
-
4
8
5
14
|
-
12,9 %
25,8 %
16,1 %
45,2 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber: data primer, 2010
Dari
Tabel 4.3 distribusi pekerjaan tersebut dapat diketahui bahwa dari 31
responden, terbayak adalah Ibu rumah tangga sebayak 14 (45%) responden.
4.1.2.4 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga responden dalam penelitian
ini dapat dilihat dalam Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendapatan keluarga
No
|
Pendapatan keluarga tiap bulan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
3.
|
≤ 100 ribu
150 – 250 ribu
≥ 300 ribu
|
11
5
15
|
35,5 %
16,1 %
48,4 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber : data primer, 2010
Dari Tabel
4.4 distribusi pendapatan keluarga dapat diketahui bahwa dari 31 responden,
yang pendapatan keluarga ≥ 300 ribu adalah paling besar ada 15 (48,4%)
responden.
4.1.3 Data Khusus
Data
khusus adalah data yang terdapat dalam chek list yang akan dilakukan tabulasi
silang dan uji statistik. Sebelum dilakukan tabulasi silang dan uji statistik,
berikut akan disajikan terlebih dahulu distribusi masing-masing faktor yang
akan diteliti dalam bentuk tebel.
4.1.3.1 Tarak ( Pantang) Terhadap
Makanan
Tarak
(pantang) Terhadap makanan pada ibu post partum responden dapat dilihat pada Tabel
4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi
frekuensi tarak (pantang) terhadap makanan pada ibu post partum
No
|
Tarak (Pantang) terhadap Makanan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
|
Ya
Tidak
|
20
11
|
64,5 %
35,5 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber : data primerr, 2010
Dari
Tabel 4.5 di atas, menunjukan bahwa dari 31 responden, yang tarak
(pantang) terhadap makanan sebanyak 20 responden (64,5%).
4.1.3.2 Proses Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum
Proses
Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 di
bawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi
frekuensi proses penyembuhan luka jahitan perineum
No
|
Proses penyembuhan luka jahitan perineum
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
2.
|
Baik
Jelek
|
18
13
|
58,06 %
41,94 %
|
Jumlah
|
31
|
100 %
|
Sumber : data primer, 2010
Dari
Tabel 4.6 di atas, menunjukan bahwa dari 31 responden, yang proses penyembuhan
luka jahitan baik sebanyak 18 responden (58,06%).
4.1.3.3 Tabulasi silang antara tarak (pantang)
Terhadap makanan pada ibu Post Partum
dengan proses Penyembuhan Luka Jahitan Perineum
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara tarak (pantang)
terhadap makanan pada ibu nifas dengan
proses penyembuhan luka jahitan perineum
No
|
Tarak
(pantang) terhadap makanan
|
Proses Penyembuhan Luka Jahitan Perineum
|
Jumlah
|
|
Baik
|
Jelek
|
|||
1.
2.
|
Ya
Tidak
|
9(45%)
9(81,8%)
|
11(55%)
2(18,2%)
|
20 (100%)
11 (100%)
|
Jumlah
|
18 (58,06%)
|
13 (41,94%)
|
31 (100%)
|
Sumber : data primer, 2010
Dari
tabulasi silang di atas, menunjukan bahwa dari 31 responden, dimana dari 20
responden yang tergolong tarak (pantang) terhadap makanan didapatkan 9
responden (45%) yang mengalami proses penyembuhan luka baik dan 11 responden
(55%) yang mengalami proses penyembuhan luka jelek. Sedangkan dari 11 responden
yang tidak tarak (pantang) terhadap makanan didapatkan 9 responden (81,8%) yang mengalami proses
penyembuhan luka baik dan 2 responden (18,2%) yang mengalami proses penyembuhan luka jelek.
Dari
hasil perhitungan uji statistik chi – square dengan taraf signifikan
0,05 didapatkan x² sebesar 4,15 sedangkan x² tabel chi –
square dengan dk 1 sebesar 3,84. Jadi didapatkan x² hitung lebih
besar dari x² tabel chi – square, maka hipotesa satu (H1) diterima artinya ada hubungan antara tarak
(pantang) terhadap makanan pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka
jahitan perineum.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tarak ( pantang) terhadap
makanan pada ibu post partum
Berdasarkan
pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 31 responden, terdapat 20 responden
(64,5%) yang tarak (pantang) terhadap makanan dan terdapat 11 responden
(35,5%) yang tidak tarak (pantang) terhadap makanan. Data ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden melakukan tarak (pantang) terhadap
makanan. Dari 20 responden yang tarak (Pantang), terdapat 13 responden
yang tarak terhadap telur, tarak terhadap ikan asin ada 13
responden, tarak ikan segar ada 2 responden, tarak sayur -
sayuran 3 responden, tarak buah – buahan 1 responden.
Tarak
(pantang) terhadap makanan adalah menahan diri dari makan daging atau salah
satu jenis makanan tertentu yang telah ditentukan secara pribadi atau bersama (Marin,
2009). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain : kuatnya
pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari – hari. Adat dan tradisi serta
larangan – larangan orang tua zaman dahulu. Dimana orang tua zaman dahulu
mengatakan bahwa ibu dalam masa nifas dilarang memakan ikan karena makanan
tersebut dianggap dapat menyebabkan darah nifas berbau busuk, tidak cepat
kering dan melemahkan daya tahan tubuh baik fisik maupun mental serta dianggap
dapat menyebabkan gatal pada kulit. Sayuran juga dilarang karena dianggap dapat
mengakibatkan lemah sendi (Marin, 2008). Konsep makanan empat sehat lima
sempurna sangat diperlukan untuk ibu post partum. Makanan secara medis tidak ada yang dilarang kecuali memang
ada alergi tertentu (Alex, 2010). Menurut Sarwono (2005), menghindari makanan
berprotein seperti ikan dan telur merupakan tindakan lazim yang tidak
bermanfaat, bahkan dapat membahayakan.
Larangan-larangan
orang tua zaman dahulu untuk pantang terhadap makanan tertentu bagi ibu nifas
merupakan mitos. Hal tersebut memang sulit dihilangkan karena hal tersebut
telah menjadi suatu kepercayaan yang terus menerus dilakukan sampai sekarang ini.
Kepercayaan memakan jenis makanan seperti ikan, telur, daging dan sayuran tidak
perlu dilakukan pada masa nifas. Kepercayaan tentang pantangan tersebut hanya
akan merugikan kondisi gizi ibu. Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan
penyuluhan dan konseling pada ibu nifas untuk tidak pantang terhadap makanan
tertentu. Hal itu dilakukan agar ibu terhindar dari masalah-masalah yang
terjadi misalnya proses penyembuhan luka jahitan perineum kurang yang mungkin
dapat terjadi akibat kurangnya nutrisi pada masa post partum.
4.2.2 Proses penyembuhan luka jahitan
perineum
Berdasarkan
Tabel 4.5 diketahui bahwa dari 31
responden, yang mengalami proses penyembuhan luka jahitan perineum baik sebanyak 18 responden (58,06%) dan yang
mengalami proses penyembuhan luka jahitan perineum jelek sebanyak 13 responden
(41,94%). Hal ini menunjukan bahwa yang mengalami proses penyembuhan luka jahitan
perineum jelek masih banyak.
Proses penyembuhan luka jahitan perineum dikatan
jelek sebab tidak sesuai dengan kriteria penyembuhan luka baik diantaranya
meliputi beberapa fase :
1. Fase inflamasi (0-5 hari) tidak ada serum
maupun nanah.
2. Fase proliferasi atau fibroplasi (6-21 hari)
terbentuk jaringan
granulasi.
3. Fase remodelling/ fase resorbsi/
penyudahan (22-40 hari) tanda
radang sudah hilang.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses
penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh
dengan jalan regenerasi. Luka
dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan
jaringan yang mencapai normal. Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu,
pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur
maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat
(Mawardi-Hasan, 2002).
Dalam proses penyembuhan luka sangat
membutuhkan bayak protein (Mawardi-Hasan, 2002). Dengan demikian pada ibu post
partum yang tarak (Pantang) terhadap makanan akan brpangaruh pada proses
penymbuhan luka jahitan perinum.
Maka diharapkan ibu post partum harus
memperhatikan nutrisinya, dan kpercayaan terhadap pantang makanan harus
dihilangkan. Diharapkan masyarakat mmperhatikan dan melakukan apa yang telah di
anjurkan oleh tnaga kesehatan, sedangkan tenaga ksehatan harus meningkatkan
penyuluhan pada ibu post partum.
4.2.3 Hubungan antara tarak
(pantang) terhadap makanan pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka
jahitan perineum
Dari
hasil uji statistik chi – square dengan tingkat kemaknaan 0,05 dan
jumlah sampel sebanyak 31 orang, didapatkan x² hitung 4,15 > x²
tabel 3,84 yang artinya H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada hubungan
antara tarak (pantang) terhadap makanan pada ibu nifas dengan proses
penyembuhan luka jahitan perineum di BPS Ny. Purwanto Mojokerto.
Makanan yang dikonsumsi juga harus memenuhi
syarat seperti: susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta
bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur
seperti: sumber tenaga, pembangun, pengatur dan plindung. Sumber tenaga
(energi) diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan tubuh.
Sumber pembangun (protein) diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel – sel
yang rusak. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) digunakan
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran
metabolisme di dalam tubuh (Silvinna, 2008).
Sampai
sekarang ini, masih banyak pantangan yang dikenakan pada ibu setelah
melahirkan, padahal pantang makanan tertentu dapat merugikan kondisi gizi ibu.
Kebiasaan pantang makan telur, ikan dan daging hanya akan mempengaruhi asupan
gizi ibu (Sediaoetama, 2000).
Penyembuhan luka merupakan
suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan
sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila
permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang
mencapai normal.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu,
pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur
maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat
(Mawardi-Hasan, 2002).
Dari
hasil penelitian yang dilakukan peneliti, didapatkan kesesuaian dengan teori,
dimana tarak (pantang) terhadap makanan dapat menyebabkan proses
penyembuhan luka jahitan perineum jelek, hal ini disebakan karena kepercayaan
tentang tarak (pantang) terhadap makanan masih tinggi. Dengan demikian
jika ibu post partum tarak (pantang) terhadap makanan, maka akan
memberikan pengaruh terhadap proses penyambuhan luka jahitan perineum. Masyarakat
harus lebih memperhatikan nutrisi pada ibu post partum. Kepercayaan tentang tarak
(pantang) terhadap makanan hendaknya dihilangkan. Masyarakat hendaknya
memperhatikan dan melakukan setiap anjuran atau nasehat dari petugas kesehatan
khususnya tentang nutrisi pada masa post partum.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar responden tarak
(pantang) terhadap makanan, yaitu sebanyak 20 responden (64,5%).
2. Sebagian besar responden
mengalami proses penyembuhan luka jahitan perineum jelek yaitu sebanyak 13
responden (41,94%).
3. Ada hubungan antara tarak
(pantang) terhadap makanan pada ibu post partum dengan proses penyembuhan luka
jahitan perineum.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi responden
Untuk lebih meningkatakan pengetahuan
tentang masa post partum, tarak (pantang) terhadap makanan dan proses
penyembuhan luka jahitan perineum serta selalu memperhatikan dan melaksanakan
anjuran-anjuran dari petugas kesehatan..
5.2.2 Bagi peneliti
Perlu ditingkatkan aktivitas
peneliti dalam pembelajaran dan pelaksanaan penelitian dengan metodologi yang
lebih baik.
5.2.4 Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini merupakan
penelitian dasar yang dapat dikembangkan menjadi penelitian lebih lanjut lagi
tentang Hubungan antara tarak (Pantang) terhadap makanan pada ibu post
partum dengan proses penyembuhan luka.
0 komentar:
Posting Komentar